Oleh : Idan Awaludin
Perkembangan masalah kejadian penyakit di masyarakat saat ini mempunyai beban ganda. Masalah penyakit menular yang belum tertanggulangi penyelesaiannya ditambah lagi dengan permasalahan penyakit tidak menular. Penyakit menular dihadapkan pada kondisi penyakit lama yang tidak kunjung selesai pemberantasannya seperti demam berdarah dengue dan penyakit baru dengan pola penularan lebih cepat serta ganas seperti swine flu atau flu meksiko. Adapun penyakit tidak menular menghadapi kondisi dimana penyakit tidak memandang lagi faktor sosial ekonomi masyarakat. Siapapun itu baik kaya ataupun miskin jika memiliki perilaku dan terpajan oleh faktor risiko lingkungan yang buruk maka akan terjangkit suatu penyakit.
Hipertensi merupakan salah satu kasus penyakit tidak menular yang menjadi trend di masyarakat. Di Indonesia sendiri penyakit hipertensi prevalensinya adalah 31,7% . Beberapa daerah yang melebihi prevalensi hipertensi nasional yaitu Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, D.I. Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Hipertensi seolah telah menjadi penyakit yang wajar dan biasa terjadi di masyarakat. Apalagi jika didukung oleh faktor lingkungan yang dapat menimbulkan dan meningkatkan risiko penyakit tersebut.
Penyakit hipertensi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tekanan darah meningkat. Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah meningkat jika melebihi dari nilai normalnya. Adapun yang menjadi tolok ukur kenormalan tekanan darah yakni bila catatan tekanan darah untuk sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg . Dikatakan hipertensi jika salah satu tekanan sistolik ataupun diastolik melebihi normalnya. Namun, hal itu tidak dipakai oleh Kementrian Kesehatan yang mendefinisikan hipertensi harus keduanya melebihi tekanan normalnya. Berdasarkan nilai tekanan darahnya, hipertensi dibagi dua macam yaitu hipertensi stadium I dan hipertensi stadium II . Stadium I ditandai dengan tekanan sistolik 140 - 159 mmHg dan tekanan diastolik 90 – 99 mmHg. Sedangkan stadium II ditandai dengan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 100 mmHg.
Hipertensi dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor penyebab. Salah satu faktor lingkungan yang menimbulkan terjadinya risiko penyakit hipertensi adalah kebisingan. Kebisingan itu sendiri merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan . Pajanan kebisingan bisa dihubungkan dengan sejumlah efek kesehatan seperti membedakan respon psikologis seperti annoyance, gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, dan respon fisik seperti hilangnya pendengaran, hipertensi dan penyakit jantung ischemic. Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan kadar hormon stress, seperti epinerin, non-epinerin dan kortisol tubuh yang mengakibatkan terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah . Bising yang terus – menerus diterima seseorang akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan hipertensi.
Kebisingan yang dapat menimbulkan hipertensi terjadi pada beberapa populasi berisiko. Salah satu kasusnya terjadi pada populasi di lingkungan sekitar Bandara. Penelitian di Bandara Munich yang dilakukan oleh Evan, et al. dan Hygge, et al. pada tahun 1998 mengukur level hormon stres dalam anak sekolah usia sekitar 10 tahun. Penelitian ini mengukur level catecholamines (epinephrine dan norepinephrine) dan hormon stress cortisol di keluaran urine. Hasil penelitian menunjukkan bukti kenaikan catecholamines pada komunitas anak setelah terpajan kebisingan penerbangan dibandingkan sebelum terpajan kebisingan penerbangan dan dibandingkan juga dengan anak di komunitas tenang. Ditemukan pula kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg yang dihubungkan dengan kebisingan penerbangan. Penelitian juga dilakukan pada pekerja laki – laki di Bandara Internasional Ahmad Yani Kota Semarang pada tahun 2005 dengan hasil menunjukkan prevalensi kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 55% . Sedangkan prevalensi kenaikan tekanan darah diastoliknya sebesar 60%. Intensitas kebisingan yang diterima tenaga kerja di lingkungan kerja Bandara Ahmad Yani berkisar antara 68,9 – 91,8 dB(A). Selain itu, populasi berisiko timbulnya hipertensi akibat kebisingan adalah pada masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan ramai dan para pekerja yang terpapar bising dari alat – alat pabrik. Di Jakarta, penelitian tentang kebisingan pernah dilakukan oleh Ahmad Rofii dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang meneliti 56 pekerja jalan raya di perempatan Senen, Cempaka Putih, Jatinegara, Jalan Jenderal Urip Sumohardjo, Kampung Melayu, dan Harmoni. Penelitian itu menunjukkan bahwa tingkat kebisingan bisa mencapai lebih dari 78 desibel pada jam sibuk dan dapat meningkatkan kadar hormon stress serta memicu tekanan darah tinggi. Intensitas kebisingan yang dapat menimbulkan hipertensi dipengaruhi oleh masa kerja (tahun), lama kerjanya (jam/hari) dan faktor perilaku (kebiasaan merokok dan olahraga).
Upaya pengendalian yang harus dilakukan agar tidak meningkatkan risiko hipertensi akibat kebisingan adalah dengan mengurangi paparan kebisingan tersebut terhadap suatu populasi. Terlebih dahulu sebaiknya dilakukan monitoring dan evaluasi supaya mendapatkan gambaran untuk program pencegahan yang lebih efektif. Penggunaan pelindung telinga seperti ear muff dan ear plug pada pekerja yang berisiko merupakan salah satu alternatif terakhir untuk program pencegahan. Pada masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan ramai lalu – lintas sebaiknya mengurangi pajanan kebisingan dengan penanaman pohon – pohon di sekitar halaman rumahnya dan penentuan lokasi kamar tidur yang tidak berdekatan dengan jalan raya. Peraturan juga memiliki peran penting untuk mengurangi paparan bising. Pelarangan tinggal di lokasi dekat dengan Bandara pada jarak tertentu diyakini dapat memperkecil paparannya. Pelarangan bagi kendaraan yang mesinnya sudah tidak layak, karena biasanya dapat menimbulkan bising. Kebisingan juga harus dicarikan solusi bagaimana menguranginya dari sumber bising tersebut. Enclosure merupakan suatu cara yang dirancang untuk membungkus sumber bising pada peralatan pabrik atau dapat juga dengan membuat barrier, yakni dibangun diantara sumber bising dan penerima.
Perkembangan masalah kejadian penyakit di masyarakat saat ini mempunyai beban ganda. Masalah penyakit menular yang belum tertanggulangi penyelesaiannya ditambah lagi dengan permasalahan penyakit tidak menular. Penyakit menular dihadapkan pada kondisi penyakit lama yang tidak kunjung selesai pemberantasannya seperti demam berdarah dengue dan penyakit baru dengan pola penularan lebih cepat serta ganas seperti swine flu atau flu meksiko. Adapun penyakit tidak menular menghadapi kondisi dimana penyakit tidak memandang lagi faktor sosial ekonomi masyarakat. Siapapun itu baik kaya ataupun miskin jika memiliki perilaku dan terpajan oleh faktor risiko lingkungan yang buruk maka akan terjangkit suatu penyakit.
Hipertensi merupakan salah satu kasus penyakit tidak menular yang menjadi trend di masyarakat. Di Indonesia sendiri penyakit hipertensi prevalensinya adalah 31,7% . Beberapa daerah yang melebihi prevalensi hipertensi nasional yaitu Jawa Timur, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, D.I. Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Hipertensi seolah telah menjadi penyakit yang wajar dan biasa terjadi di masyarakat. Apalagi jika didukung oleh faktor lingkungan yang dapat menimbulkan dan meningkatkan risiko penyakit tersebut.
Penyakit hipertensi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tekanan darah meningkat. Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah meningkat jika melebihi dari nilai normalnya. Adapun yang menjadi tolok ukur kenormalan tekanan darah yakni bila catatan tekanan darah untuk sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg . Dikatakan hipertensi jika salah satu tekanan sistolik ataupun diastolik melebihi normalnya. Namun, hal itu tidak dipakai oleh Kementrian Kesehatan yang mendefinisikan hipertensi harus keduanya melebihi tekanan normalnya. Berdasarkan nilai tekanan darahnya, hipertensi dibagi dua macam yaitu hipertensi stadium I dan hipertensi stadium II . Stadium I ditandai dengan tekanan sistolik 140 - 159 mmHg dan tekanan diastolik 90 – 99 mmHg. Sedangkan stadium II ditandai dengan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 100 mmHg.
Hipertensi dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor penyebab. Salah satu faktor lingkungan yang menimbulkan terjadinya risiko penyakit hipertensi adalah kebisingan. Kebisingan itu sendiri merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan . Pajanan kebisingan bisa dihubungkan dengan sejumlah efek kesehatan seperti membedakan respon psikologis seperti annoyance, gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, dan respon fisik seperti hilangnya pendengaran, hipertensi dan penyakit jantung ischemic. Tingkat kebisingan mencapai 60 desibel dapat meningkatkan kadar hormon stress, seperti epinerin, non-epinerin dan kortisol tubuh yang mengakibatkan terjadinya perubahan irama jantung dan tekanan darah . Bising yang terus – menerus diterima seseorang akan menimbulkan gangguan proses fisiologis jaringan otot dalam tubuh dan memicu emosi yang tidak stabil. Ketidakstabilan emosi tersebut dapat memacu jantung untuk bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh tubuh dalam waktu yang lama tekanan darah akan naik sehingga menyebabkan hipertensi.
Kebisingan yang dapat menimbulkan hipertensi terjadi pada beberapa populasi berisiko. Salah satu kasusnya terjadi pada populasi di lingkungan sekitar Bandara. Penelitian di Bandara Munich yang dilakukan oleh Evan, et al. dan Hygge, et al. pada tahun 1998 mengukur level hormon stres dalam anak sekolah usia sekitar 10 tahun. Penelitian ini mengukur level catecholamines (epinephrine dan norepinephrine) dan hormon stress cortisol di keluaran urine. Hasil penelitian menunjukkan bukti kenaikan catecholamines pada komunitas anak setelah terpajan kebisingan penerbangan dibandingkan sebelum terpajan kebisingan penerbangan dan dibandingkan juga dengan anak di komunitas tenang. Ditemukan pula kenaikan tekanan darah sistolik 3 mmHg yang dihubungkan dengan kebisingan penerbangan. Penelitian juga dilakukan pada pekerja laki – laki di Bandara Internasional Ahmad Yani Kota Semarang pada tahun 2005 dengan hasil menunjukkan prevalensi kenaikan tekanan darah sistolik sebesar 55% . Sedangkan prevalensi kenaikan tekanan darah diastoliknya sebesar 60%. Intensitas kebisingan yang diterima tenaga kerja di lingkungan kerja Bandara Ahmad Yani berkisar antara 68,9 – 91,8 dB(A). Selain itu, populasi berisiko timbulnya hipertensi akibat kebisingan adalah pada masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan ramai dan para pekerja yang terpapar bising dari alat – alat pabrik. Di Jakarta, penelitian tentang kebisingan pernah dilakukan oleh Ahmad Rofii dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang meneliti 56 pekerja jalan raya di perempatan Senen, Cempaka Putih, Jatinegara, Jalan Jenderal Urip Sumohardjo, Kampung Melayu, dan Harmoni. Penelitian itu menunjukkan bahwa tingkat kebisingan bisa mencapai lebih dari 78 desibel pada jam sibuk dan dapat meningkatkan kadar hormon stress serta memicu tekanan darah tinggi. Intensitas kebisingan yang dapat menimbulkan hipertensi dipengaruhi oleh masa kerja (tahun), lama kerjanya (jam/hari) dan faktor perilaku (kebiasaan merokok dan olahraga).
Upaya pengendalian yang harus dilakukan agar tidak meningkatkan risiko hipertensi akibat kebisingan adalah dengan mengurangi paparan kebisingan tersebut terhadap suatu populasi. Terlebih dahulu sebaiknya dilakukan monitoring dan evaluasi supaya mendapatkan gambaran untuk program pencegahan yang lebih efektif. Penggunaan pelindung telinga seperti ear muff dan ear plug pada pekerja yang berisiko merupakan salah satu alternatif terakhir untuk program pencegahan. Pada masyarakat yang tinggal di pinggiran jalan ramai lalu – lintas sebaiknya mengurangi pajanan kebisingan dengan penanaman pohon – pohon di sekitar halaman rumahnya dan penentuan lokasi kamar tidur yang tidak berdekatan dengan jalan raya. Peraturan juga memiliki peran penting untuk mengurangi paparan bising. Pelarangan tinggal di lokasi dekat dengan Bandara pada jarak tertentu diyakini dapat memperkecil paparannya. Pelarangan bagi kendaraan yang mesinnya sudah tidak layak, karena biasanya dapat menimbulkan bising. Kebisingan juga harus dicarikan solusi bagaimana menguranginya dari sumber bising tersebut. Enclosure merupakan suatu cara yang dirancang untuk membungkus sumber bising pada peralatan pabrik atau dapat juga dengan membuat barrier, yakni dibangun diantara sumber bising dan penerima.
nice share gan!!
ReplyDeletemampir ke blog urang ....
ReplyDelete290407.blogspot.com.....hehe..