Friday, October 12, 2012

Enam bulan di Brisbane, Queensland - Australia


Februari – Juli, 2012

Ini bukan di Brisbane, tapi di Sydney =)
Jujur saja pada awalnya kisah ini tidak ingin saya ceritakan kepada orang lain lewat tulisan. Disamping sudah jarang menulis, terakhir rajin – rajinnya menulis pada tahun 2010. Juga karena kesibukan sebagai kepala rumah tangga yang memiliki seorang putri #Amiirah Mirza Hanania, bahkan sesekali untuk menyelesaikan tulisan ini diselingi membuatkan susu untuk putri saya yang baru berusia 23 bulan. Tetapi dengan alasan banyak orang yang bertanya via facebook, bbm, email dan bertanya langsung #Maklum artis =), maka saya benamkan niat itu dalam – dalam. Mengingat pula hadist Rasululloh SAW “The best among you is the most beneficial for other”, maka mudah – mudahan cerita ini bisa menjadi manfaat.

Mari kita mulai dengan bismillah.
Pada awalnya cita – cita ingin mendapatkan scholarship ke luar negeri hanyalah isapan jempol belaka. Bahasa inggris yang pas – pas an, bahkan kurang (kalo mau jujur saya pernah tidak lulus mata kuliah ini, dan harus ujian ulang; hal ini dikarenakan manajemen waktu yang kurang baik dalam belajar dan aktifitas organisasi) menjadi factor kendala utama. Mari kita lupakan kekurangan saya itu sejenak. Pertama kali tawaran untuk mengikuti kegiatan bertaraf internasional datang dari kepala kantor saya. Hari itu saya dipanggilnya ke ruangan beliau, ruangan yang cukup nyaman dilengkapi ac, kulkas, dan sofa yang empuk kalau bagi saya pribadi. Aktifitas sehari – hari saya di ruangan bawah (lantai 1), di laboratorium udara. Sehingga, sangat jarang untuk menginjakkan kaki ke ruangan kepala kantor, karena harus meniti anak tangga yang cukup lumayan tinggi #Cuma alasan.  Cukup kaget mendapat tawaran tersebut, ada perasaan senang (mimpi kali bisa keluar negeri), tetapi tertegun dalam mengukur kapasitas pribadi yang rendah. Awalnya saya tidak menyanggupinya dan menawarkan beberapa nama rekan sejawat yang dirasa memiliki kemampuan lebih bila dibandingkan saya. Ternyata teman – teman yang lain semuanya memiliki halangan, ada yang lagi hamil, memiliki jabatan penting yang tidak bisa ditinggalkan mengingat kegiatan yang saya ikuti terhitung lama, yakni enam bulan. Ya mungkin ini sudah rezeki  #gumam dalam hati. Akhirnya saya menyetujuinya, dan bergegas dengan semangat menyiapkan berkas – berkas yang dibutuhkan. Satu minggu berlalu setelah mengirimkan berkas saya mendapat jawaban, yaitu saya terlambat dan diupayakan kemungkinan berangkat pada tahun 2014 #tepok jidat. Saya harus menunggu 3 tahun lagi untuk dapat berangkat. Waktu yang cukup lama untuk menunggu, bahkan kalau di bangku kuliah menunggunya bisa mendapatkan gelar Ahli Madya… Perasaan senang yang sudah didepan mata, ternyata harus dibayar dengan kesabaran. Namun saya bersyukur dan mencoba mengingat ayat Alquran yang menjadi favorit saya, yaitu QS. Ali Imran – 200 yang artinya kalo tidak salah Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. Hari itu menjadi pembuktian bahwa Allah SWT lebih mengetahui bahwa saya diharuskan meningkatkan kapasitas terlebih dahulu. Tanpa berpikir panjang, sayapun menjalani hari – hari seperti biasanya, bekerja melakukan aktifitas sehari – hari, dan sesekali diselingi ikhtiar meningkatkan kemampuan bahasa inggris saya.

Sebulan sudah berlalu, terkadang semangat ikhtiar berlalu terhempas kemalasan, kesibukan dan sifat lupa…..Namun ada yang mengejutkan, diawali pada tanggal 15 November 2011, ketika saya sedang terlibat menjadi petugas kesehatan (Sanitarian) di kegiatan Sea Games Sumatera Selatan. Kala itu saya ditelpon oleh boss (Kepala kantor) untuk segera melengkapi beberapa berkas untuk mengikuti kegiatan Short Course tentang Public Health Leadership in Climate Change Adaptation di Griffith University, Australia dan berangkat bulan Februari 2012. Kaget bukan kepalang, seperti ketemu dengan berita gembira tetapi ada syarat yang harus dilengkapi dalam waktu satu hari. Ya satu hari, kaget dikarenakan passportnya yang dibutuhkan belum dibuat. Padahal hari sudah menunjukkan jam satu siang dan saya sedang bertugas yang tidak kalah pentingnya. Tidak tahu apa yang harus diperbuat, buat passport saja kurang tahu lokasi kantor Imigrasi terdekat di Palembang dimana. Bergegaslah saya menuju kantor Imigrasi setelah bertanya seorang teman. Wuahhh.. tahukah hari itu saya tidak membawa kendaraan pribadi dan harus menunggu kendaraan umum. Lama menunggu, saya berlari mencari taxi sambil merogoh saku untuk melihat uang yang dimiliki, cukup nggak nanti kalo pakai taxi. Naiklah taxi dan dijalan bertemu dengan orang – orang yang sedang menunggu kendaraan umum. Karena taxi nya masih muat, ah mungkin ini kesempatan dan akan memudahkan jalan saya #dalam hati. Diajaklah mereka naik taxi, gratis kata saya. Sesampainya dikantor Imigrasi dengan ngos2an, yang terjadi adalah kantor pelayanan pembuatan passportnya sudah tutup dan mereka sedang bersiap – siap untuk pulang kerja. Sredetttt… hati saya serasa terjatuh dari tebing yang sangat tinggi…Saya hanya terduduk lelah dibangku – bangku kosong deretan antrian disana, bukan lelah secara fisik tetapi lelah hati yang membuat peredaran darah terhenti sementara, lebih alaynya seperti mengirup karbonmonoksida diruang tertutup, hahaha. Jangan menyerah, bisikan hati itu menyisip..saya mencoba berkali – kali untuk membujuk petugas Imigrasi,  tapi hasilnya nihil. Tiada daya upaya, saya terduduk tertunduk dan berdo’a, Ya Rabb mudahkanlah urusan ini berikan hamba jalan terbaik #bisik saya. Jujur bukan dibuat – buat, ini cerita asli pemirsah….do’a itu segera terkabul. Datanglah petugas Imigrasi menghampiri saya dan ngobrol – ngobrol santai, beliau bertanya, “kenapa sudah sore baru mau buat passport”.” Ya gimana lagi pak dadakan”, ujar saya. Akhirnya karena sudah tidak ada lagi jalan, kami pun ngobrol santai, sampailah pada pertanyaan saya, “Bapak asli dari mana?”. “Tasikmalaya”, jawabnya. Wualah ternyata sama toh, sekampung. Bapak tadi karena merasa sekampung akhirnya bertanya lebih dalam kenapa bisa telat buat passportnya. Setelah mendapat penjelasan saya yang panjang lebar, saya pun dibantunya. Alhamdulillah, passport saya jadi dalam sehari. Subhanalloh, ini hanya terjadi pada kasus saya karena kepentingan darurat ujar petugas tersebut. dan perlu digaris bawahi tanpa menyogok. Oh ya hampir terlupa, semuanya mudah karena saya dibantu Kepala Kantor yang sangat peduli, beliau mengirimkan surat melalui sopirnya ke kantor Imigrasi.. luar biasa, baru kali ini saya dilayani Kepala Kantor, biasanya kita yang mengejar, eh ini dikejar – kejar.. Mudah2an semua urusan orang – orang yang telah membantu saya ini mendapat kemudahan, amien….

Tidak selesai sampai masalah pembuatan passport saja, tetapi pengurusan visa yang harus bolak – balik Palembang – Jakarta membuat semuanya terkuras; fisik, mental dan materi. Tapi sudahlah episode ini biarlah menjadi kenangan yang akan saya simpan. Saya akan berbagi langsung ke hari keberangkatan…

Hari keberangkatan telah tiba,
Oh ya kami berangkat dari Indonesia berenam; 1. Mas Chan (dari Jakarta), 2. Mas Tham (Lampung), Mba Oliv (Jakarta), Mba Denn (Jakarta), Mba Ulan (Jakarta), dan Saya Idan (Palembang).  …. 

Bersambung dulu aja yah… 















































































No comments:

Post a Comment