Februari – Juli, 2012
Ini bukan di Brisbane, tapi di Sydney =) |
Jujur saja pada awalnya kisah ini tidak ingin saya
ceritakan kepada orang lain lewat tulisan. Disamping sudah jarang menulis,
terakhir rajin – rajinnya menulis pada tahun 2010. Juga karena kesibukan
sebagai kepala rumah tangga yang memiliki seorang putri #Amiirah Mirza Hanania,
bahkan sesekali untuk menyelesaikan tulisan ini diselingi membuatkan susu untuk
putri saya yang baru berusia 23 bulan. Tetapi dengan alasan banyak orang yang
bertanya via facebook, bbm, email dan bertanya langsung #Maklum artis =), maka
saya benamkan niat itu dalam – dalam. Mengingat pula hadist Rasululloh SAW “The best among you is the most beneficial
for other”, maka mudah – mudahan cerita ini bisa menjadi manfaat.
Mari kita mulai dengan bismillah.
Pada awalnya cita – cita ingin mendapatkan scholarship ke luar negeri hanyalah
isapan jempol belaka. Bahasa inggris yang pas – pas an, bahkan kurang (kalo mau
jujur saya pernah tidak lulus mata kuliah ini, dan harus ujian ulang; hal ini
dikarenakan manajemen waktu yang kurang baik dalam belajar dan aktifitas
organisasi) menjadi factor kendala utama. Mari kita lupakan kekurangan saya itu
sejenak. Pertama kali tawaran untuk mengikuti kegiatan bertaraf
internasional datang dari kepala kantor saya. Hari itu saya dipanggilnya ke ruangan beliau,
ruangan yang cukup nyaman dilengkapi ac, kulkas, dan sofa yang empuk kalau bagi
saya pribadi. Aktifitas sehari – hari saya di ruangan bawah (lantai 1), di
laboratorium udara. Sehingga, sangat jarang untuk menginjakkan kaki ke ruangan
kepala kantor, karena harus meniti anak tangga yang cukup lumayan tinggi #Cuma
alasan. Cukup kaget mendapat tawaran tersebut,
ada perasaan senang (mimpi kali bisa keluar negeri), tetapi tertegun dalam
mengukur kapasitas pribadi yang rendah. Awalnya saya tidak menyanggupinya dan
menawarkan beberapa nama rekan sejawat yang dirasa memiliki kemampuan lebih
bila dibandingkan saya. Ternyata teman – teman yang lain semuanya memiliki
halangan, ada yang lagi hamil, memiliki jabatan penting yang tidak bisa
ditinggalkan mengingat kegiatan yang saya ikuti terhitung lama, yakni enam
bulan. Ya mungkin ini sudah rezeki
#gumam dalam hati. Akhirnya saya menyetujuinya, dan bergegas dengan
semangat menyiapkan berkas – berkas yang dibutuhkan. Satu minggu berlalu
setelah mengirimkan berkas saya mendapat jawaban, yaitu saya terlambat dan
diupayakan kemungkinan berangkat pada tahun 2014 #tepok jidat. Saya harus
menunggu 3 tahun lagi untuk dapat berangkat. Waktu yang cukup lama untuk
menunggu, bahkan kalau di bangku kuliah menunggunya bisa mendapatkan gelar Ahli
Madya… Perasaan senang yang sudah didepan mata, ternyata harus dibayar dengan
kesabaran. Namun saya bersyukur dan mencoba mengingat ayat Alquran yang menjadi
favorit saya, yaitu QS. Ali Imran – 200 yang artinya kalo tidak salah “Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung”. Hari itu menjadi pembuktian bahwa Allah SWT lebih
mengetahui bahwa saya diharuskan meningkatkan kapasitas terlebih dahulu. Tanpa
berpikir panjang, sayapun menjalani hari – hari seperti biasanya, bekerja
melakukan aktifitas sehari – hari, dan sesekali diselingi ikhtiar meningkatkan
kemampuan bahasa inggris saya.
Sebulan sudah berlalu, terkadang semangat ikhtiar
berlalu terhempas kemalasan, kesibukan dan sifat lupa…..Namun ada yang
mengejutkan, diawali pada tanggal 15 November 2011, ketika saya sedang terlibat
menjadi petugas kesehatan (Sanitarian) di kegiatan Sea Games Sumatera Selatan.
Kala itu saya ditelpon oleh boss (Kepala kantor) untuk segera melengkapi
beberapa berkas untuk mengikuti kegiatan Short Course tentang Public Health Leadership in Climate Change
Adaptation di Griffith University, Australia dan berangkat bulan Februari
2012. Kaget bukan kepalang, seperti ketemu dengan berita gembira tetapi ada
syarat yang harus dilengkapi dalam waktu satu hari. Ya satu hari, kaget
dikarenakan passportnya yang dibutuhkan belum dibuat. Padahal hari sudah
menunjukkan jam satu siang dan saya sedang bertugas yang tidak kalah
pentingnya. Tidak tahu apa yang harus diperbuat, buat passport saja kurang tahu
lokasi kantor Imigrasi terdekat di Palembang dimana. Bergegaslah saya menuju kantor
Imigrasi setelah bertanya seorang teman. Wuahhh.. tahukah hari itu saya tidak
membawa kendaraan pribadi dan harus menunggu kendaraan umum. Lama menunggu,
saya berlari mencari taxi sambil merogoh saku untuk melihat uang yang dimiliki,
cukup nggak nanti kalo pakai taxi. Naiklah taxi dan dijalan bertemu dengan
orang – orang yang sedang menunggu kendaraan umum. Karena taxi nya masih muat,
ah mungkin ini kesempatan dan akan memudahkan jalan saya #dalam hati. Diajaklah
mereka naik taxi, gratis kata saya. Sesampainya dikantor Imigrasi dengan ngos2an, yang terjadi
adalah kantor pelayanan pembuatan passportnya sudah tutup dan mereka sedang
bersiap – siap untuk pulang kerja. Sredetttt… hati saya serasa terjatuh dari
tebing yang sangat tinggi…Saya hanya terduduk lelah dibangku – bangku kosong
deretan antrian disana, bukan lelah secara fisik tetapi lelah hati yang membuat
peredaran darah terhenti sementara, lebih alaynya seperti mengirup
karbonmonoksida diruang tertutup, hahaha. Jangan menyerah, bisikan hati itu
menyisip..saya mencoba berkali – kali untuk membujuk petugas Imigrasi, tapi hasilnya nihil. Tiada daya upaya, saya
terduduk tertunduk dan berdo’a, Ya Rabb mudahkanlah urusan ini berikan hamba
jalan terbaik #bisik saya. Jujur bukan dibuat – buat, ini cerita asli
pemirsah….do’a itu segera terkabul. Datanglah petugas Imigrasi menghampiri saya
dan ngobrol – ngobrol santai,
beliau bertanya, “kenapa sudah sore baru mau buat passport”.” Ya gimana lagi pak dadakan”, ujar
saya. Akhirnya karena sudah tidak ada lagi jalan, kami pun ngobrol santai,
sampailah pada pertanyaan saya, “Bapak asli dari mana?”. “Tasikmalaya”,
jawabnya. Wualah ternyata sama toh, sekampung. Bapak tadi karena merasa
sekampung akhirnya bertanya lebih dalam kenapa bisa telat buat passportnya. Setelah
mendapat penjelasan saya yang panjang lebar, saya pun dibantunya. Alhamdulillah, passport saya
jadi dalam sehari. Subhanalloh, ini hanya terjadi pada kasus saya karena
kepentingan darurat ujar petugas tersebut. dan perlu digaris bawahi tanpa
menyogok. Oh ya hampir terlupa, semuanya mudah karena saya dibantu Kepala
Kantor yang sangat peduli, beliau mengirimkan surat melalui sopirnya ke kantor
Imigrasi.. luar biasa, baru kali ini saya dilayani Kepala Kantor, biasanya kita
yang mengejar, eh ini dikejar – kejar.. Mudah2an semua urusan orang – orang
yang telah membantu saya ini mendapat kemudahan, amien….
Tidak selesai sampai masalah pembuatan passport
saja, tetapi pengurusan visa yang harus bolak – balik Palembang – Jakarta
membuat semuanya terkuras; fisik, mental dan materi. Tapi sudahlah episode ini
biarlah menjadi kenangan yang akan saya simpan. Saya akan berbagi langsung ke
hari keberangkatan…
Hari keberangkatan telah tiba,
Oh ya kami berangkat dari Indonesia berenam; 1. Mas
Chan (dari Jakarta), 2. Mas Tham (Lampung), Mba Oliv (Jakarta), Mba Denn (Jakarta), Mba Ulan (Jakarta),
dan Saya Idan (Palembang). ….
Bersambung
dulu aja yah…
No comments:
Post a Comment